Wajahnya yang polos, badannya yang besar, tenaganya yang besar dengan semangat hidupnya amatlah luar biasa, itulah gambaran dari seorang anak bernama Ryan (18) tahun masi duduk dikelas 3 smk yang sekarang biasa di sebut Dobleh. Dan anak itu harus menjadi tulang punggung keluarganya sendiri semenjak di tinggalkan almarhum ayahnya.
Dia anak pertama dan mempunyai seorang adik yang masi sekolah dikelas 3 smp dari pasangan Bu Ipah dan Alm Pa Ipin, Pa Ipin 7 tahun yang lalu meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Hari-harinya kini hanya bersama ibu dan adik dijalani dengan penuh perjuangan dan kerja keras agar bisa bertahan hidup di sepetak rumah yang amatlah sederhana didaerah kemayoran.
Aktifitasnya dimulai dari pagi hari dari pukul 07.00, Dobleh menjalani harinya seperti biasa, pergi ke sekolahnya menuntut ilmu dengan semangat belajar yang luar biasa. Dia termasuk anak yang dapat bersosialisasi yang baik dengan teman-temannya sesama sekolah. Setelah jam 13.00 tiba waktu Dobleh bergegas kembali beristirahat ke rumah untuk menemui ibunya dan menyempatkan untuk mengerjakan tugas sekolahnya dahulu.
Setelah selesai barulah dia makan siang dan dilanjutkan mengerjakan pekerjaan di rumahnya dahulu, membersihkan alat-alat makan dan menyapu rumahnya, barulah sekitar pukul 15.00 siang pun Dobleh sudah siap pergi untuk mencari nafkah demi menyambung nafas kehidupannya.
Dengan pakaian yang seadanya dibawah teriknya matahari dia mengamen dari rumah ke rumah, jalan ke jalan, dan Dobleh yang sering mengamen dari bis ke bis pun dijalankannya. Dobleh mengamen dengan menyanyi mengalunkan nada indah dari suara murninya di tambah dengan alunan suara gitar yang dibawanya.
Bayarannya pun tak seberapa, uang recehanpun menjadi harapan, dia sudah amat bersyukur ada orang yang memberinya. Penghasilan donleh tiap harinya pun tak menentu, ”Gimana rejekinya aja, kadang banyak kadang juga sedikit.. Ya namanya juga ngamen belum tentu ada yang ngasih juga” ucap Dobleh.
Sedikitnya penghasilan Dobleh per hari bisa sampai Rp.40.000,- atau besarnyapun Rp.70.000,- kalau lagi banyak rejekinya. “Uang banyak ini buat Ibu, biar Ibu sembuh dan ngga pake kursi roda lagi.” Ujar Dobleh dengan nada polosnya. Dan uang itu Dobleh manfaatkan untuk biaya makan sehari-hari juga untuk kelanjutan kebutuhan Dobleh, adik dan ibunya. adenyapun terkadang ikut mengamen untuk membantu keuangan keluarganya.
Ibunya hanya ingin Dobleh meneruskan pendidikannya dijenjang perkuliahan, sebagai anak pertama Ibu Ipah inginkan Dobleh jadi anak yang lebih baik, mampu sekolah dan bisa membahagiakan Ibunya dan alm. Ayahnya kelak, walaupun keadaan sekarang yang dijalaninya masih penuh dengan perjuangan.
Keadaan yang terbatas tak membuat mereka berputus asa, Ibu Ipah dan Dobleh tetap bertahan hingga saat ini semenjak ditinggalkan bapaknya untuk selama-lamanya. Dan kondisi Ibu Ipah saat ini yang sedang sakit. karena penyakit diabetes atau penyakit gula, hingga saat ini kemanapun Ibu Ipah harus menggunakan kursi roda.
di sepanjang pinggiran jalan letika Dobleh mengamen, Dan di saat Dobleh mengamen di bis terkadang adiknya ikut mengamen bersamanya. Ibunya yang selalu menunggu Anaknya didepan rumah dengan setia hingga anaknya kembali.
Aktifitas itu dilakukan terus setiap hari oleh Dobleh dan Ibunya. Siang hingga malam, panas dan hujan tak terasa asing bagi tubuh mereka untuk mencari nafkah ditengah padatnya aktifitas orang-orang yang tak biasa seperti mereka. Tidak ada gantungan harapan kepada orang lain yang dapat membantunya kecuali tetap kuat tegar menjalani hari-harinya dengan pengorbanan sendiri.
Hingga waktu menunjukan pukul 22.00 malam, mereka pun kembali lagi ke rumahnya, sebelum sampai rumah mereka membeli 3 nasi bungkus untuk makan malam yang akan mereka makan nanti di rumah bersama-sama. Setelah sampainya di rumah mereka bergegas untuk istirahat, merebahkan badan melepas rasa lelah, penat, panas dingin di perjalanan setelah seharian mencari uang.
Tak lama sebelum tidur mereka membersihkan dirinya dan menghabiskan waktu malamnya dengan berbincang-bincang juga menghitung hasil yang mereka dapatkan hari ini. Setelah selesai merekapun makan malam dengan menu nasi bungkus yang dibelinya tadi di simpang jalan.
Malam semakin larut segeralah mereka tidur, Dobleh bersiap untuk tidur disamping sang Ibu yang selalu bersamanya, penuh dengan hangat dan tak lupa mengantarkan doa sebelum mata terpejam special untuk ayah tercinta disana. Dan mereka selalu berharap agar di hari esok mereka tetap dalam keadaan sehat, terjaga dan bisa kembali mengamen lagi untuk bertahan hidup. Dan Dobleh suatu saat nanti akan menjadi anak yang membanggakan bagi kehidupan keluarga kecilnya.(*
0 komentar:
Posting Komentar